MOTIVASI MENULIS DARI BU GURU CANTIK
Hari ini perjuanganku untuk berguru di
kelas Om Jay sudah memasuki hari ke 8. Tak sabar aku menunggu jam perkuliahan
dimulai. Detik berganti menit. Menit berganti jam. Aku semakin tak sabar untuk
berguru. Belajar di kelas ini ternyata seru. Seolah terhipnotis saja, aku terus
bertanya-tanya siapa sosok hebat untuk setiap pertemuan dan materi apa yang
akan dituangkan ke dalam gelas-gelas ilmuku.
Tak terasa mentari telah bergulir di
sebelah barat. Sinarnya pun sudah tidak seterik tadi siang. Sore ini aku dan
suamiku memupuk cinta kasih dengan berkebun bersama. Bermain-main dengan
tanaman hias memang bisa menyatukan kami dan memperkuat getar-getar cinta kami
berdua.
“Ayo,
Bu kita pasang paranet. Bapak sudah beli lho paranetnya” ajak suamiku. Memang
sudah beberapa hari kami berencana memindahkan beberapa varian aglonema yang
sudah kami tangkarkan.
“Ayo”
sahutku dengan cepat.
Kira-kira setengah jam, paranet sudah
terpasang rapi. Siap untuk ditempati oleh penduduk baru agar tidak kepanasan.
Aglonema memang termasuk jenis tanaman hias yang takut panas. Dengan posisi
dibawah paranet pasti tanaman kesayangan kami ini akan jauh lebih cantik.
Adzan Maghrib pun berkumandang, pertanda
kami berdua harus berhenti karena panggilan suci ini. Setelah solat, kembali curiosity ku pun kembali muncul akan materi kuliah malam ini. Aku
persiapkan segala sesuatunya untuk mengikuti perkuliahan malam ini. Wedang jahe
dan cemilan pun siap menemaniku belajar. Bakwan makanan kesukaanku pun tidak
ketinggalan tersaji di meja kerjaku.
Hore ................Jam dinding di kamarku berdentang tujuh kali. Pertanda Om Jay akan membuka pintu kelas. Dan benar saja, ketika aku mengambil posisi duduk manis, Om Jay sudah membuka pintu ruang kelasku. Rasa lega bercampur dag dig dug terus menggayutiku.
Kalimat
indah itu kutemukan di internet saat browsing materi ajar malam ini.. Aku sadar bahwa menuntut ilmu tidak dibatasi
dengan usia. Kapan kita belajar dan kepada siapa kita belajar bukan menjadi
soal. Meski usiaku jauh lebih tua, aku harus menjadi murid yang baik. Seperti
malam ini, egoku harus kutahan sekeras mungkin. Dosen cantik dan muda belia
dihadirkan Om Jay.
Ibu Nora Purwa Yunita, M.Pd. adalah dosen
istimewa kami malam ini. Usianya masih
sangat muda. Beliau lahir di Kudus, 12 Juni
1989, putra pertama dari dua bersaudara dengan ayah bernama Ali Achmadi, S.Pd
dan ibu Noor Fatkhiyah, S.Pd.SD. Hmmmm .... masih muda sekali dosenku kali ini.
Saat kubaca CV beliau, ternyata aku terpukau. Diusia yang masih muda sudah
sedemikian hebatnya prestasi ibu muda ini.
Berbagai
macam komuntas menulis diikuti oleh ibu cantik ini. Mulia dari komunitas sejuta guru ngeblog, Yayasan Pusaka Thamrin Dahlan, tim admin
di website guru penggerak, komunitas koordinator
virtual Indonesia (KKVI), anggota Musyawarah Guru Mata Pelajaran Prakarya dan IPA,
serta Pembimbing ekstrakurikuler KIR SMP.
Salut, terkesima,
kagum, itulah kata-kata yang bisa kuucapkan untuk dosen cantikku ini. Bagaimana
tidak? Posisi sebagai ibu rumah tangga sudah luar biasa menyita waktu. Akan
tetapi beliau masih mampu berkarya.
Masih ditambah lagi dengan beban kerja beliau di kantor baik sebagai guru
maupun sebagai wali kelas. Sudah pasti kepenatan selalu menyelimuti beliau.
Untuk menjadi sesuatu atau menghasilkan sesuatu,
tidak selamanya berjalan mulus. Berbagai sandungan pasti akan dihadapi.
Tatangan dan hambatan datang berlalu. Tak pelak hal ini juga dihadapi oleh Ibu Nora. Pada perkuliahan malam ini beliau
menyampaikan rintangan-rintangan selama menulis. Berikut rintangan-rintangan
yang beliau hadapi :
1.
Kegiatan yang
banyak.
Banyaknya kegiatan menjadi hambatan utama dalam menulis. Apalagi di masa Pandemi seperti sekarang, pembelajaran daring justru menuntut persiapan yang lebih banyak. Beliau harus menentukan skala prioritas agar semua agenda dan beban kerja terselesaikan dengan baik. Ditambah lagi dengan beban Ibu Nora sebagai wali kelas. Posisi yang juga membutuhkan tenaga ekstra karena tidak menutup kemungkinan siswa bimbingannya sangat membutuhkan perhatian beliau.
2.
Malas dan jenuh
Rutinitas keseharian yang dilakukan secara
berulang-ulang sangat memungkinkan munculnya rasa jenuh. Jika kejenuhan ini
sudah tidak bisa diatasi lagi, sifat malas akan mengikuti. Rasa malas mengerjakan
rutinitas akan semakin dirasakan.
Agar malas dan jenuh segera hilang, Ibu
Nora memiliki trik jitu. Pengalihan perhatian ke hal-hal lain beliau lakukan.
Menonton film, membaca novel atau kegiatan lain dijadikan sebagai refreshmen.
Memanjakan diri untuk keluar dari
rutinitas memang dianjurkan. Akan tetapi hal ini tidak boleh berkepanjangan.
Setelah dirasa cukup, siapkan diri untuk kembali berkarya.
3.
Krisis ide
Ketika krisis ide menghadang Ibu Nora, perempuan cerdas nan cantik ini
tetap memaksa diri mencari ide untuk menulis. Pengalaman Bapak Akbar Zainudin,
sosok panutannya ini mengingatkan Ibu Nora bahwa segala yang dirasakan dan
dilihat bisa diangkat menjadi ide cemerlang untuk menulis.
Ibu Nora membagikan
hasil tulisan yang dihasilkan ketika tidak memiliki ide untuk menulis. Berikut
link karya beliau yang sudah diunggah di blog pribadi beliau:
a. Tulisan hasil dari
jalan-jalan :
https://noraliapurwa.blogspot.com/2020/05/eksotika-pantai-bandengan-jepara.html
b. Tulisan hasil
menonton TV :
https://noraliapurwa.blogspot.com/2020/05/memahami-dunia-anak-lewat-tontonan.html
c. Tulisan hasil dari suara hati selama pendemi :
h https://noraliapurwa.blogspot.com/2020/06/menjadi-orang-tua-kedua.html
Dari
ketiga contoh di atas, Ibu Nora berusaha menyadarkan kami para penulis pemula
untuk memiliki keyakinan mampu menulis bahkan ketika tidak memiliki ide apapun
untuk menulis.
4.
Perbendaharaan kata.
Sejenak aku teringat
kuliah pertama kelas Om Jay . Kata
adalah senjata. Bahwa seorang penulis harus memiliki perbendaharaan kata
yang cukup atau lebh dari cukup untuk menghasilkan karya. Penguasaan kata yang
terbatas menyebabkan terjadinya pengulangan kata yang berujung pada penilaian
bahwa tulisan kita membosankan.
Pemateri cantik
ini pun pernah merasakan bahwa penguasaan kata maupun diksi beliau kurang
memadahi. Dan hal ini juga menjadi kendala beliau ketika menulis. Tapi beliau
tidak kehilangan akal. Untuk mengatasi hal ini membaca menjadi pilihannya untuk
meningkatkan penguasaan kosa kata. Luar biasa.......seolah tida ada jalan buntu
saja untuk ibu dua anak ini.
5.
Takut salah
Ketakutan dalam
proses menulis wajar terjadi khususnya bagi penulis pemula. Akibatnya, tulisan
yang diharapkan muncul tidak pernah
terwujud karena rasa takut ini. Hal yang sama juga dialami oleh Ibu Nora ketika
mengikuti kelas menulis OM Jay. Tapi lagi-lagi sosok nomor satu di kelas
Belajar Menulis Bareng Om Jay ini mengembuskan kesejukan. Beliau meyakinkkan
Ibu Nora untuk tetap menulis.
Dengan berbekal
kayakinan dari Om Jay, Ibu Nora tidak lagi memikirkan aturan penulisan ataupun
kaidah bahasa yang akan menyulitkannya ketika menulis. Menulis apa yang beliau
pikirkan saja.
Selain berbagi
pengalaman tentang tantangan atau kendala dalam menulis, Ibu Nora juga berbagi ilmu sakti jurus jitu menulis. Tiga
kata hebat menjadi andalan beliau : “NIAT, PAKSA, MAU”
Niat kuat untuk
menulis harus dimunculkan. Setelah muncul niat maka untuk merealisasikan harua
ada unsur pemaksaan. Paksa kita sendiri untuk mewujudkan niat yang sudah ada. Ketika
sudah ada niat dan keinginan memaksa diri sudah ada maka ujung perjuangan
adalah kemauan untuk mengerjakannya.
Demikian resume
saya di pertemuan yang ke 8 kelas menulis bareng Om Jay. Semoga catatan kecil
ini bisa menyemagati diri saya sendiri dan pembaca. Jangan pernah takut untuk menulis.......Salam pejuang literasi
👍👍🙏
BalasHapusMksh atas kunjungannya
HapusSy baca smua loh.. kerenn .lengkap
BalasHapusSubhanallah...mksh aras waktunya...mksh jg atas kkunjungannya
HapusBunga aglonemanya itu yg jadi daya tarik,,, koreksi sedikit ya,, ada penulisan yg hilang hurufnya,,, terus coba rata kiri kanan, itu saja,, yg lsin sdh oke,,, sukses ya
BalasHapusOke soadraku..mksh sumbang sarannya
HapusWow openingnya memukau banget... resumenya juga bagus....
BalasHapusMksh supportnya...smh kefepan lbh baik lg
HapusJatuhlah paku di dekat kaki lima,
BalasHapusDiambil Fatime diikatlah pakai tali.
Sungguhlah aku sangat terkesima,
Membaca resume yang mantap sekali.
Pak mazmo...sy sdh pakai kata embus
HapusTerimakasih atas resume cantiknya secantik aglonemanya tentu 😊
BalasHapusMasya allah..mjsh kunjungan bunda...semangati kami terus ya
HapusWah lagi musim aglonema juga bu... bagus pemaparan tulisannya bu.
BalasHapusMksh....aglonema untuk memupuk cinta
HapusBagus bu Yuli, diawali dengan cerita yang seru
BalasHapusOke, sudah lengkap dan tersusun secara runtut resumenya. Apalagi dengan gaya khas dari ibu yang satu ini. Terus menulis ya Bu!
BalasHapusMksh atas supportnya
Hapus