Kamis, 04 November 2021

Goresanku di hari Sabtu

Ah...... Capek.  Itu yang aku rasakan setelah setengah hari ini menyeterika baju segunung tingginya.  Setelah melepas suami pergi ke tempat kerjanya, aku langsung pasang kuda-kuda.  Aku pilih lokasi yang menurutku paling nyaman untuk menyeterika baju-baju kami. Sebenarnya sih ada tempat khusus untuk mengerjakan aktifitas ini.  Tapi entah mengapa aku pengin pindah lokasi. 

Tak lupa kusiapkan sebotol air putih agar tidak dehidrasi.  Maklum suhu panas dari seterika pasti akan membuatku haus.  1,2,3 ....ah... 30 baju selesai kuseterika.  Persis suara adzan dikumandangkan. Ada rasa puas ketika taget kerjaku berhasil seperti yang kuharapkan. 

Setelah solat,  kumanjakan diriku dengan duduk merebahkan diri di teras.  Kunikmati tanaman kesayanganku.  Saat seperti ini yang selalu aku tunggu. Melepaskan diri dari kesibukan dengan caraku sendiri.  Tak perlu mahal.. Cukup gelar tikar dan rebahan... Dunia serasa hanya milikku.  

Pada posisi rebahan seperti ini,  seolah semua rasa capek hilang.  Kuingat-ingat lagi perjuanganku mengikuti kelas gratis Om Jay.  Kelas yang dulu pernah kutinggalkan. Kuingat pula pesan sesepuh di grup kelas tersebut bahwa aku harus menjadikan menulis sebagai kebutuhanku.  

Seperti sekarang ini, aku asal menulis saja apa yang terlintas di pikiran dan otakku. 

Jangan sakit gadisku

 Selasa,  tanggal 3 Nopember 2020


Hari ini sungguh melelahkan.  Sedari pagi aku bekerja di depan laptop.  Mata serasa perih menatap layar kaca kerjaku. 

Jam pulang pun tiba. Tiba-tiba ringtone gawaiku berbunyi.  Anak semata wayangku kirim pesan pribadi. 

"Buk kok kepalaku sok nyut nyutan ya. Kadang ono kadang ora. Tapi nek pas ono ki ya lumayan le sakit, wis 4 harian iki deh kayae,"keluh anakku dalam bahasa Jawa.  Dia mengeluh kepalanya sering pusing.  Rasa pusing kadang datang dan pergi. 

Ibu mana yang tidak khawatit jika buah hatinya mengeluh sakit.  Apalagi ini anak semata wayangku.  

Jalur kepulanganku pun berbeda dengan yang biasa aku lalui.  Tujuan utamaku menuju RS.  Pura Raharja.  Kebetulan kartu pasien anakku aku yang pegang.

Sampai sudah aku di meja pendaftaran. Was-was,  gelisah,  khawatir yang meraja begitu menghantuiku.  

Ya Allah,  jaga anakku.  Jaga buah hati yang masih Kau titipkan padaku.  Cabutlah penyakitnya.  Itu doaku dalam hati sembari menunggu antrian periksa dokter. 

Antrian periksa untuk anakku pun tiba.   Aku terdiam di ruang tunggu sementara anakku masuk ke ruang periksa. Detik demi detik,  menit demi menit berlalu.  Tak lama kemudian gadisku keluar dari ruang periksa.  

"Apa kata dokter, Dik? " tanyaku.  Aku memang terbiasa memanggilnya dengan Dik. 

"Kata dokter mungkin pengaruh terlalu lama di depan laptop, Buk. Di suruh nunggu sampai obatnya habis.  Kalau masih sakit ya disuruh cek lagi," jawabnya. 

Sejenak aku merasa lega. Tapi was-was, khawatir dan perasaan lain masih menggangguku. 

Kusuruh anakku pulang bersama ayahnya,"Kamu pulang saja dengan Bapak.  Biar Ibu yang antri obat "

Sekitar setengah jam aku berada di apotik untuk menebus obat anakku.  Setelah obat kudapatkan,  aku pun pulang dengan pikiran tidak karuhan. 

Ya Allah,  jagalah anak hamba satu-satunya.  Jagalah dia dari dunia sampai akhiratnya. 




YULI'S WRITING-MANDAKU'S NEWS

WORKSHOP JURNALISTIK DI ERA DIGITALISASI

Kulon Progo, 5 November 2021

Hari ini bertepatan dengan hari Jumat, 5 November 2021, MAN 2 Kulon Progo menyelenggarakan workshop jurnaliastik. Kegiatan yang bertajuk Workshop Jurnalistik di Era Digitalisasi ini diikuti oleh 24 siswa dan 26 guru dan pegawai MAN 2 Kulon Progo.

Workshop diawali dengan sambutan kepala madrasah, Hartiningsih, S.Pd., M.Pd. Dalam sambutan singkatnya Hartiningsih, S. Pd., M.Pd. berkata, "Workshop ini ditujukan untuk meningkatkan branding madrasah dan menumbuhkan jiwa menulis dari warga madrasah, "

Lebih lanjut Kepala MAN 2 Kulon Progo menyampaikan bahwa tanggung jawab publikasi madrasah dan peningkatan branding madrasah bukan semata-mata tugas dan tanggung jawab tim humas, tetapi juga menjadi kewajiban seluruh warga madrasah. Sehingga, semakin banyak warga madrasah yang terlibat dalam publikasi madrasah, semakin luas informasi tentang madrasah diketahui pihak lain.

Menurut Hartiningsih, S. Pd., M.Pd, menulis merupakan kegiatan yang dilakukan sehari-hari , baik menulis di media sosial atau media yang lain. Sehingga menulis bisa dilakukan oleh siapa saja, dimana saja dan kapan saja.

Dalam rangka mewujudkan tema workshop "Meneguh Pelayanan Informasi Era Digitalisasi", Hartiningsih menegaskan, "Di era digital ini, semua berbasis teknologi. Bagi yang tidak mau meninggalkan era konvesional dan masuk ke era digital pasti akan tertinggal."

Dari pelaksanaan workshop ini, pihak madrasah berharap semakin banyak warga madrasah yang terlibat untuk membumikan nama besar MAN 2 Kulon Progo melalui publikasi di webmandaku.

Diakhir sambutannya, Hartiningsih, S.Pd.,M. Pd. mengucapkan selamat mengikuti workshop dan menimba ilmu kepada seluruh peserta.


WORKSHOP JURNALISTIK DI ERA DIGITALISASI

"MENULIS BERITA,  SUSAH ATAU TIDAK?"


Masih dalam rangkaian kegiatan workshop jurnalistik MAN 2 Kulon Progo,  panitia menghadirkan narasumber yang luar biasa, Drs. H. Heri Pratama,  yang akrab disapa dengan pak Heri. Beliau adalah wartawan untuk harian .............................sekaligus seorang dosen di salah satu perguruan tinggi ternama di Yogyakarta.

Narasumber yang sangat menggelitik ini mampu menggugah minat peserta diklat untuk menulis. 
Dengan materi "Teknik Penulisan Berita", Heri Pratama menyampaikan materi dengan gaya yang lugas. 

"Apakah menulis berita itu sulit? " demikian pertanyaan dari pemateri. Menurutnya, menulis berita itu mudah jika penulis memahami 5W + 1H ( who,  what,  when,  where, why dan how)

Dengan mengembangkan model pertanyaan di atas, menulis berita menjadi mudah.  Alur berita juga mudah dikembangkan. 

"Selain harus memahami 5M+1H, seorang penulis berita juga dituntut untuk mampu menyusun lead dan judul berita yang menarik bagi pembaca," tambah Heri Pratama dalam jabaran materinya. 

"Dalam menulis berita,  sekurang kurangnya ada dua narasumber. Yang perlu diingat bahwa hindari mengajukan pertanyaan yang sama kepada narasumber. Ini bertujuan agar lebih banyak informasi yang bisa digali dari narasumber," demikian jelas Heri lebih lanjut.

Untuk lebih memahami proses penulisan berita,  Heri juga mengajak seluruh peserta workshop untuk praktik langsung menyusun sebuah berita. 

Diakhir pemaparan materinya, Heri Pratama berpesan untuk menulis dengan gaya sendiri,  meskipun hasil rangkuman beberapa pemaparan orang lain. Ini perlu dilakukan supaya tulisan berita yang ditulis bebas dari plagiasi. 






WORKSHOP JURNALISTIK MENUJU BRANDING MADRASAH



Sebuah lembaga pasti membutuhkan pengakuan dari pihak lain. Salah satu upaya yang bisa dilakukan adalah dengan memberitakan informasi apapun mengenai lembaga tersebut. Branding sebuah lembaga sangatlah penting untuk mengangkat nama lembaga tersebut.



Materi Branding Madrasah Melalui Publikasi yang disampaikan oleh Bramma Aji Pratama sangat relevan dengan tujuan diselenggarakannya workshop jurnalistik ini. Mengawali materinya, Bramma Aji Pratama mengatakan,"Menulis itu

Peserta memperoleh ilmu tentang teknik dan tata cara menulis. Mulai dari mengapa harus menulis, syarat menulis artikel yang marketable, sampai langkah-langkah menulis artikel.


Setelah mengikuti workshop ini, diharapkan peserta pelatihan mampu membantu pihak madrasah untuk membumikan nama MAN 2 Kulon Progo melalui tulisan-tulisan mereka. Ditegaskan oleh Hartiningsih, S.Pd.,M.Pd. bahwa tugas membesarkan nama MAN 2 Kulon Progo bukan hanya tugas tim Humas, tetapi juga merupakan tanggung jawab seluruh warga madrasah. (written by: Yuliyatimandaku)



WORKSHOP JURNALISTIK DI ERA DIGITAL

"GURU MUDA, USIA MUDA, KARYA LUAR BIASA"



Rangkaian terakhir dari workshop jurnalistik yang diadakan oleh MAN 2 Kulon Progo adalah materi pembuatan Flyer. Yang menarik dari materi ke tiga ini adalah pematerinya. Usia memang muda, tetapi kemapuan mereka luar biasa. Mereka juga merupakan duta agen perubahan MAN 2 Kulon Progo.

Materi pembuatan flyer ini seolah menjawab sambutan Kepala MAN 2 Kulon Progo pada saat membuka workshop jurnalistik, bahwa orang yang masih di era konvensional akan tertinggal jika tidak mau mengikuti era baru, yaitu era digital. Selain berita, flyer juga menjadi salah satu bentuk publikasi digital. Canva menjadi pilihan untuk dikenalkan kepada seluruh peserta.

Listia Palupi Wisnu Aji menegaskan," Tujuan penyampaian materi ini untuk Mengajarkan penggunaan aplikasi Canva untuk membuat berbagai jenis publikasi termasuk pamflet, brosur, flyer, poster."

Lebih lanjut narasumber juga mengatakan,"Harapannya dengan adanya pelatihan tersebut, dapat menunjang kegiatan publikasi. Di bidang kehumasan bisa menjadi bentuk publikasi kegiatan-kegiatan madrasah, prestasi-prestasi siswa, dan media promosi madrasah ke masyarakat. Selain itu, untuk siswa kaitannya dengan madrasah keterampilan, juga bisa menjadi sarana publikasi produk-produk hasil keterampilan."

Dengan cekatan, cerdas dan sabar, para Agen Perubahan membimbing seluruh peserta workshop. Agen perubahan yang terdiri dari Listia Palupi Wisnu Aji, S.Pd. Mustafidatun Nur Faidah, S.Pd, dan Panzi Ahmad Gozali, S.Pd. secara sinergis dan bahu membahu menyampaikan materi. Listia Palupi Wisnu Aji sebagai pemateri utama sedangkan dua agen perubahan yang lain terjun langsung di tengah-tengah peserta untuk membimbing dan mendampingi pembuata flyer.


Senin, 07 Desember 2020

BELAJAR MENULIS BARENG OM JAY, EDISI 7 DESEMBER 2020.

 

 KISAH INSPIRATIF DARI DAERAH 3T

Malam ini terasa asing bagiku. Rumah yang sebulan lalu ku tinggalkan seperti tempat baru bagiku. Yah,.....setelah serangkaian kegiatan di madrasahku memaksaku untuk menenggelamkan diri untuk sementara dari perkuliahan hebatku.

Entah malam ini pertemuan ke berapa pun aku sudah lupa. Hanya saja ada dorongan dalam diriku yang memaksaku masuk kelas Om Jay lagi. Yang aku tahu, aku harus menyelesaikan apa yang sudah aku mulai. 

"Malam ini kita akan memasuki minggu terakhir di kelas belajar menulis gelombang 16. Saya Aam Nurhasanah dari Lebak akan memandu jalannya diskusi malam ini. Sedangkan narasumbernya adalah Bapak Khamdan Muhaimin, S.Pd, Gr. Beliau adalah seorang Juara Guru Inspiratif tingkat SMP," 

Sekelumit pembukaan dari bunda ini membuatku sedih. Masih adakah kesempatan untukku menyelesaikan semua yang sudah aku mulai.  Semoga pemuka-pemuka kelas ini masih memberiku kesempatan.




Dari foto  di atas tampak sosok yang luar biasa. Adem, berkarisma dan sosok pejuang sejati. Narasumber malam ini bukan tokoh sembarang tokoh. Beliau adalah seorang  guru hebat di daerah 3T ( ter depan terluar dan tertinggal)

Di pertemuan ke 30 pekuliahan kelas Om Jay ini, Bapak Khamdan Muhaimin,, S.Pd. berbagi pengalaman beliau sebagai guru di daerah terpencil tepatnya di SMPN 5 Sambi Rampas Kab. Manggarai Timur, NTT.

Pria asli Banjarnegara, Jawa Tengah ini menceritakan bahwa  di daerah tempat tugasnya  segala sesuatu serba minim bahkan belum ada.  Dari mulai listrik yang sama sekali belum ada,  kesusahan mendapatkan air, dan berbagai kondisi ekonomi warga yang hanya  bergantung  pada alam. Dengan segala keterbatasan di daerah tersebut ternyata Bapak Khamdan tidak patah arang. Beliau justru menikmati situasi tersebut.

Bapak Khamdan yang mulai bertugas di NTT sejak  tahun 2015 merupakan tokoh yang hebat. Dengan segala daya upaya beliau, pada  tahun 2016, berdirilah rumah belajar  garis inspirasi. Luar biasa....

Bapak Khamdan ternyata juga seorang penulis. Beliau mulai menulis pada tahun 2016.  Tulisan-tulisan beliau pun sangat inspiratif. Tulisan yang membeberkan tantangan dan solusi menjadi pendidik di  daerah 3T. Tulisan inilah yang membawa Bapak Khamdan menjadi finalis bahkan masuk 10 besar kegiatan Simposium GTK tahun 2016 di Jakarta.

Pertanyaan peserta  perkuliahan malam ini menanyakan kiat-kiat Bapak Khamdan sehingga tetap semangat dan termotivasi  mengabdi di daerah  3T. Dengan lugas  beliau menyampaikan bahwa selain sudah terbiasa merantau juga karena kecintaan beliau kepada NKRI. 



"Bagaimana Pak Khamdan keluar dari segala kesulitan tugas di 3T sehingga mendapat Penghargaan Guru Inspiratif Nasional 2020."

Pertanyaan yang luar biasa ini dengan mudah beliau jawab. Beliau  telah melakukan serangkaian  kegiatan. 



Mendirikan rumah belajar adalah salah satu kegiatan yang beliau lakukan. Ide ini muncul karena keprihatinan beliau pada anak-anak didiknya. 

Pada umumnya anak-anak didiknya pergi ke ladang setelah jam sekolah usai. Mereka baru pulang pada waktu malam hari. Secara otomatis anak-anak didiknya tidak memiliki waktu belajar. 

Di rumah belajar ini, anak-anak bisa belajar membaca buku, les matematika, akses internet gratis, latihan laptop dll


Selain mendirikan rumah belajar, Bapak Khamdan juga menyibukkan diri sebagai relawan pendidikan. Apa saja yang beliau lakukan? Membagikan buku tulis, buku bacaan, flashdisk pembelajaran da seragam sekolah adalah kegiatan-kegiatan hebat beliau. Luar biasa tokoh  satu ini.

Hal luar biasa yang lain juga beliau lakukan di masa pandemi ini. Kegiatan protokol kesehatan mencuci tangan yang sangat susah dilakukan menjadi hal  yang bisa dilakukan. Ini  karena pemikiran  cerdas Bapak Khamdan. Beliau membangun bak penampungan air dari dua sumber mata air. Hebat! Itulah kata  yang tepat  untuk di sandangkan pada Bapa Khamdan.

Demikian resume hari terakhir perkuliahan Belajar Menulis Bareng Om Jay. Semoga kisah inspiratif  dari Narasumber malam ini menjadi sentilan keras bagi kita yang tidak pernah merasakan kerasnya perjuangan di daerah terpencil.


Jumat, 06 November 2020

Belajar Menulis Baren Om Jay, hari ke 14, tanggal 4 Npember 2020

 


MENEMBUS PENERBIT MAYOR SERI 2

Hari ini kelelahan kurasakan.  Mengerjakan ini itu membuatku diujung kekuatanku. Dibatas kekuatanku,  aku berusaha menyisakan tenagaku untuk kuliah malam ini di kelas Om Jay.  

Malam ini ada kekosongan di kelasku.  Kursi Om Jay kosong karena beliau sedang sakit.  Perkuliahan pun di buka oleh ibu Aam sekaligus sebagai moderator. Adapun dosen kami adalah bapak Edi S. Mulyanta.  

Pria yang lahir pada tahun 1969 ini memiliki keterampilan yang luar biasa dibidang IT.  Beliau adalah jebolan universitas ternama yaitu Universitas Gajah Mada. Jurusan yang beliau tekuni adalah S1 Geografi dan S2 Magister Teknologi Informasi.  

Sejumlah posisi bergengsi sudah beliau tempati, diantaranya: 
1.  Staff LitBang Komputer PT. Wahana Semarang 1994-2000
2. Staff EDP PT. Sanggar Film Semarang 1995-2001
3. Ka. Lab. Komputer STMIK Proactive Yogyakarta 2001-2002
4. Dosen Tamu Akademi Teknologi Kulit Yogyakarta 2002
5. Staff Net Business PT. Bayu Indra Grafika Yogyakarta 2002
6. Staff Litbang Penerbitan ANDI Jogjakarta 2003-2004
7. Product Development Penerbitan ANDI Jogjakarta 2004-2006
8. Ka. Biro Penerbitan Buku Umum (PBU) Andi Jogjakarta 2006-2007
9. Manager Operasional PBU ANDI Jogjakarta 2008 – Sekarang
10. Founder pasar e-book Perguruan Tinggi (PerTi) http://ebukune.my.id
11. Founder pasar e-book non PerTi http://bukudigital.my.id

Di dunia tulis menulis pun, Pak Edi tak kalah dengan narasumber yang pernah hadir di kelas kami. 
Beberapa buku hasil karya beliau pun di sampaikan kepada kami. 
1. Lebih Mahir dengan Microsoft Word 2019, Membantu Menulis Dokumen, Laporan, Karya Tulis        Ilmiah, Skripsi hingga Buku - 2020
2. Lebih Kreatif dengan Adobe Photoshop CS4 2008
3. Corel Draw X4 2008
4. Teknik Modern Fotografi Digital 2007
5. Pengolahan Digital Image dengan Photoshop CS3 2007
6. Menyusun Karya Tulis Ilmiah Menggunakan MS Office Word, 2006
7. Special Workshop: Teknik Airbrush Menggunakan Photoshop CS2 2005
8. Menjadi Desainer Layout Andal dengan Adobe InDesign CS 2005
9. Pengenalan Protokol Jaringan Wireless Komputer 2005
10. Trik & Teknik Profesional CorelDraw 12 2004
11. Kupas Tuntas Ponsel Anda 2003

Di penerbit Andi, Pak Edi menempati posisi sebagai Manajer Operasional. Tugas beliau mengamati dan menganalisa trend  konten buku di pasaran untuk dibuat kesimpulan tema yang menarik di pasar. Tahap selanjutnya adalah membuat peta pesaing dan target penulis yang sesuai dengan trend yang berlaku di pasaran.

SIMBIOSIS PENULIS DAN PENERBIT

Sesuatu yang wajar jika gayung harus bersambut ketika kita menginginkan sesuatu dari orang lain. Sekuat dan sepenting apapun urusan kita, jika melibatkan orang lain maka orang yang kita tuju harus mengerti apa maksud kita. 

Hal ini juga berlaku pada penerbit maupun penulis. Ketika pihak penerbit sudah menemukan trend tulisan yang sedang viral di pasar, pencarian naskah pun di mulai. Tidak semudah membalikkan telapak tangan ketika proses pencarian naskah dilakukan. Mencari penulis yang mampu menulis sesuai permintaan pasar menjadi sebuah keharusan.

Di  sisi lain, setiap penulis pasti ingin menerbitkan naskahnya menjadi buku. Sekuat atau  sebaik apapun dia mampu menulis hal-hal yang sedang hangat, jika dia tidak mampu menemukan penerbit yang sesuai dengan naskahnya maka jalan buntu akan dia hadapi. Selain itu kemampuan menulis hal-hal yang sedang trend di masyarakat juga harus dimiliki. Menulis materi yang sedang viral aan lebih diminati oleh pihak penerbit untuk tujuan pemuasan konsumen dan omset pencetakan buku.

Dari dua paparan di atas, sudah jelas bahwa ada hubungan yang saling menguntungkan antara penulis dan penerbit. Inilah yang dinamakan gayung bersambut. 

IKAPI VS APTI

Apa sih IKAPI dan APTI? Apa persamaan antara kedua organisasi ini? Apa pula perbedaan antara keduanya? IKAPI singkatan dari Ikatan Penerbit Indonesia. Sedangkan APTI singkatan dari Asosiasi Penerbit Perguruan Tinggi.   Ya, IKAPI dan APTI sama-sama penerbit yang sudah diakui oleh pemerintah. Penerbit yang tergabung dalam kedua organisasi tersebut memiliki hak atau ijin mengeluarkan ISBN di bawah Perpustakaan Nasional. Inilah persamaan antara IKAPI da APTI.

Mengenai perbedaan antara kedua organisasi di atas adalah sebagai berikut:
1. IKAPI merupakan penerbit yang hanya mencari keuntungan, sedangkan APTI lebih mengutamakan     kualitas buku-buku terbitannya. Buku-buku terbitan APTI disesuaikan degan keilmuan atau kebutuhan perguruan tinggi.
 
2. Dilihat dari target pasar, IKAPI memiliki keleluasaan dalam berproduksi karena  jenis-jenis buku yang diterbitkan lebih luas dan lebih diminati oleh masyarakat. Lain halnya dengan APTI yang hanya memiliki target pasar terbatas  pada lembaga pendidikan tinggi.

MUNCULNYA ISTILAH PENERBIT MAYOR DAN MINOR

Mengapa muncul istilah di atas? Bagaimana silsilahnya? Pembagian penerbit mayor dan minor sebenarnya tidak ada peraturan yang menyebabkan munculnya kedua istilah di atas. Menurut Pak Edi, jumlah Anggota IKAPI yang lebih dari 1000 akan menyulitkan utamanya penulis pemula untuk menyerahkan naskahnya kepada penerbit mana. 

Munculnya istilah mayor  dan minor hanya dimaksudkan untuk memudahkan penulis menyerahkan naskah yang sesuai dengan penerbit. Hal ini perlu dilakukan karena setiap penerbit memiliki khas masing-masing. Standar naskah pun berbeda antara penerbit satu dengan yang lainnya.

"Apabila bapak ibu mempunyai tulisan Fiksi, penerbit yang memang kuat di pasar buku Fiksi, sehingga bapak ibu bisa mengirimkan naskah ke sana, jangan keliru mengirimkan naskah ke penerbit yang lebih kuat di Non Fiksi." pesan Pak Edi.

Cara mudah mengenali penerbit mayor dan minor adalah dengan melihat kode nomor ISBN.  Pengkodean ini juga berguna bagi lembaga DIKTI untuk memberikan penilaian terhadap penerbit.

LANGKAH-LANGKAH MENAWARKAN NASKAH

Setiap penulis pasti memiliki tujuan akhir bisa menghasilkan mahakarya dalam bentuk buku. Akan tetapi, tidak setiap penulis mengetahui bagaimana mengolah naskahnya menjadi buku. Untuk yang satu ini, Pak Edi berbagi ilmu kepada kami. 

Langkah awal ketika naskah sudah selesai adalah mengajukan proposal kepada penerbit. Proposal ini sebagai media menawarkan naskah pada pihak penerbit. Berikut tata urutan proposalnya:
1. Judul utama buku
2. Sub judul  (jika diperlukan)
3. Outline lengkap naskah
4. Target/sasaran pembaca buku
5. Curriculum Vitae penulis (dalam bentuk narasi)
6. Sample naskah  untuk mengetahui gaya penulisan 

Menurut Pak Edi, gaya penulisan juga menentukan ketertarikan pembaca. Gaya penulisan yang banyak menggunakan kalimat aktif lebih disukai pembaca.

Setelah proposal naskah masuk ke penerbit, tahap selanjutnya menjadi hak prerogatif pihak penerbit. Tahap cek plagiasi akan dilakukan. Hal ini perlu dilakukan untuk mengetahui seberapa besar plagiasi telah dilakukan oleh penulis. Cek plagiasi  bisa dilakukan dengan memanfaatkan aplikasi atau secara manual. 

Hasil cek plagiasi inilah yang akan sangat menentukan diterima atau tidaknya  proposal naskah. Apabila terjadi plagiasi yang sudah melebihi batas maksimal toleransi, naskah akan dikembalikan dan dimohon untuk direvisi. Plagiasi yang sering terjadi adalah teks dan gambar yang telah disadur tanpa menyertakan sumbernya. Untuk naskah non-fiksi, pencantuman sumber adalah sebuah keharusan. Sedang untuk fiksi tidak perlu mencantumkan sumbernya.

Tahap akhir adalah membuat resume, abstrak atau sinopsis. Bagian ini biasanya akan dicantumkan pada sampul buku bagian belakang. Sinopsis sebaiknya dilakukan sendiri oleh penulis karena yang lebih tahu isi naskah adalah penulis itu sendiri.

Untuk  pemasaran buku setelah naskah dinyatakan diterima, penulis disarankan mencari endorsement yang akan berpengaruh  dan membantu penjualan buku ketika sudah dicetak. 

Demikian resume materi kuliah kelas Om Jay hari ke 14, tanggal 4 Nopember 2020. Semoga bermanfaat...Salam literasi...Semangat menulis

Rabu, 04 November 2020

Belajar Menulis Bareng Om Jay, hari ke 13, tanggal 2 Nopember 2020


MENEMBUS PENERBIT MAYOR

Hari ini bertepatan dengan hari Senin tanggal 2 Nopember 2020, sebuah dilema harus aku hadapi. Bagamana tidak? Dua agenda harus ku ikuti dalam waktu yang bersamaan. Dua kerinduan yang sama besarnya menyelimutiku. Kerinduan akan pertemuan dengan guru-guru hebatku di kelas menulis bersama Om Jay begitu besar karena rasa hausku akan ilmu dari guru-guruku. 

Kerinduan yang sama juga aku rasakan. Selama pandemi ini, semua kegiatan sosialku otomatis berhenti. Ketakutan akan ancaman si Covid menghantuiku. Kepatuhan akan protokol kesehatan juga menjadi alasan utama penghentian semua kegiatanku. 

Bu Mur, "Bu Yuli, nanti malam tadarus kelompok Khoirul Ummah sudah kita mulai, ya." 

Kalimat bu Mur inilah yang membuatku memilih kerinduan mana yang akan aku kerjakan terlebih dahulu. Setelah hampir delapan bulan  kegiatan tadarus dihentikan, nanti malam akan menjadi malam perdana kegiatan kami. 


Setelah berpikir sejenak, aku memutuskan untuk mengikuti tadarus dulu dengan pertimbangan kuliah kelas Om Jay dapat aku baca nanti setelah selesai kegiatan tadarus bersama. 

Dengan mantab, aku dan suamiku berangkat membuang rasa rindu bertemu kawan-kawan kami yang sudah delapan bulan tidak bertemu dalam satu majelis. 

Kegiatan tadarus pun selesai sudah. Perlu waktu sekitar dua puluh menit untuk sampai rumah. Tepat jam 21.00 wib, kami memasuki rumah. Segera ku sambar handphone ku. Masya Allah, 225 chat menumpuk di grup kelas Om Jay. Memang  WAG ini tidak kubuka sejak pulang kantor. 

Meski lelah karena hampir tidak istirahat setelah pulang dari kantor, ku buka dan kubaca chat WAG kelasku. 

 

Perkuliahan malam ini dipandu oleh perempuan cantik, Bunda Aam. Sebagai pemateri beliau Bapak Joko Mumpuni direktur Penerbit Mayor PT. Andi. Tokoh satu ini akan berbagi pengetahuan seputar penerbitan buku. 

Mengawali materinya, beliau memperkenalkan jenis-jenis buku. Berikut skema produk buku di pasar:

Seperti ikan ya bentuk skema produk buku di atas! Buat apa sih Pak Joko memperkenalkan skema diatas? Tentu ada alasannya. Dengan skema diatas, para penulis akan mengetahui jenis-jenis buku. Dengan  mudah pula para penulis menentukan jenis buku yang akan dihasilkannya.

Jika memilih jenis buku teks, maka isi bukunya berupa materi-materi pelajaran. Jenjangnya mulai dari SD, SMP, SMA atau pun SMK. Sedangkan untuk tingkat perguruan tinggi, jenis buku dibagi lagi menjadi dua, yaitu eksak dan non eksak.


Jika non teks menjadi pilihan penulisan naskahnya, maka tujuan penulisannya bukan untuk pelaksanaan pembelajaran di kelas. 

Ada dua kategori untuk jenis buku non teks ini; 
☝Buku fiksi dan non fiksi. Contoh buku fiksi adalah cerpen, novel, puisi, dan lain-lain.

✌Buku non-fiksi. Contoh dari kategori ini antara lain buku tentang anak, pengetahuan umum, aktivitas anak, dan lain-lain.

ALUR PENERBITAN BUKU


Dari penjelasan pak Joko Mumpuni, alur penerbitan buku melibatkan banyak lembaga. Namun disederhanakan seperti skema di atas. Menurut beliau, penulis menduduki posisi penting. Seperti diketahui bahwa penerbit sebagai sebuah lembaga tentu saja memiliki karyawan. Karyawan-karyawan ini pasti membutuhkan gaji. Gaji mereka didapat dari omset yang diperolah oleh penerbit di mana mereka bekerja. 

Mata rantai selanjutnya adalah penerbit itu sendiri. Ada atau tidak adanya naskah sudah pasti tergantung pada naskah yang dikirimkan oleh penulis. Selanjutnya, naskah yang sudah dicetak akan dikirim ke penyalur buku agar sampai  pada pembaca. 

NASKAH YANG BISA DITERBITKAN
(PENERBIT MAYOR)


Rasa was-was tentang bisa atau  tidaknya naskah diterbitkan menjadi sebuah buku, pasti menjadi pertanyaan yang besar pada diri penulis. Apalagi penulis pemula yang sama sekali belum memiliki nama besar. Tapi ada  secercah harapan ketika kita melihat slide yang diberikan oleh pak Joko Mumpuni. Penulis pemula pun sebenarnya memiliki kesempatan untuk menerbitkan buku. 

Slide di atas sudah secara gamblang memberikan patokan bagaimana sebuah naskah bisa atau  tidak diterbitkan. Keempat bagian tersebut memiliki pandangan baik dari sisi penulis maupun naskahnya. Posisi kita ada dimana sebagai penulis? 

Di kotak oranye, sudah jelas penulis tidak perlu khawatir dengan naskahnya. Nama besarnya sudah menjamin terbitnya naskah yang ditulisnya.  Naskah sudah pasti diterima dan diterbitkan karena penulis sudah terkenal meski naskah tidak populer. 

Jika posisi  kita sebagai penulis ada di kota hijau tosca, meski bukan penulis terkenal tapi karena temanya populer sudah pasti naskah akan diterbitkan. Mungkin di kotak ini memberikan secercah harapan.

Jika posisi  kita berada di kotak hijau muda, maka inilah posisi yang sangat menguntungkan dan menjanjikan. pihak penerbit tidak akan merugi jika mencetak naskahnya. Jaminan buku laku di pasaran sudah di depan mata. 

Posisi terakhir ada di kotak merah jambu. Ketika kita ada di posisi ini, jangan pernah berharap naskah kita akan diterbitkan di penerbit mayor. 

tantangan  penerbitan buku

Setelah berbagi pengetahuan tentang alur penerbitan buku, pakk Joko  Mumpuni menyampaikan  hambatan-hambatan dalam penerbitan buku. Banyak faktor yang menghadang dalam penerbitan buku baik dari segi naskah maupan konsumen/pembaca. 

Hal-hal tersebut adalah :
๐Ÿ‘€  Rendahnya minat baca.
Rendahnya minat baca dipengaruhi oleh beberapa hal, antara lain:
*Rendahnya budaya membaca 
Budaya membaca orang Indonesia masih ketinggalan jika dibandingkan dengan negara lain.
Penggunaan waktu senggang untuk membaca masih rendah.

* Kurangnya bahan bacaan
Kurangnya bahan bacaan menjadi penghambat majunya penerbit. Hal ini karena kurangnya naskah yang masuk.

*Rendahnya kualitas bacaan
Secara logika, orang akan tertarik membaca buku jika kualitas buku tersebut bagus. Tentu hal ini akan mempengaruhi permintaan pasar. 

Omset percetakan pun akan tinggi jika pemintaan pasar tinggi. Pada  akhirnya akan mempengaruhi maju mundurnya lembaga percetakan.

๐Ÿ‘€ Rendahnya minat menulis
Rendahnya minat menulis bukan semata-mata kesalahan murni penulis atau calon penulis. Hal ini muncul karena beberapa faktor :
* Budaya   menulis
Masih rendahnya budaya menulis menyebabkan kemalasan dalam menulis. Ide mungkin ada akan  tetapi tidak dituangkan dalam bentuk tulisan. 

* Tidak memiliki prosedur menulis dan penerbitan
Dua hal di atas merupakan kesatuan yang tidak bisa diabaikan. Ilmu menulis harus dimiliki jika ingin menghasilkan karya yang baik.  

*Anggapan yang salah tentang dunia penulisan dan penerbitan 
Ada pendapat bahwa menulis itu susah apalagi sampai menerbitkan buku. Ketika kita sudah mengatakan menulis itu susah maka sudah bisa dipastikan kita tidak akan mau mulai menulis. 

Seandainya naskah sudah ada pun, seolah masih ada jurang menghadang bagi seorang penulis apalagi penulis pemula. Penolakan atau ketidaksesuaian naskah dengan visi misi penerbit menjadi momok bagi penulis. 

๐Ÿ‘€ Apresiasi hak cipta
Kurangnya apresiasi hak cipta menyebabkan munculnya pembajakan dan duplikasi ilegal. Kedua hal tersebut muncul karena kurang kuatnya perangkat hukum

CIRI-CIRI  PENERBIT 
YANG BAIK
(Penerbit Mayor ataupun Minor)

Tujuan penulisan naskah sudah pasti untuk diterbitkan. Mengenai hal  ini, pak Joko berpesan agar hati-hati dalam memilih penerbit. 

Menurut beliau, ada hal-hal yang harus  diperhatikan dalam memilih penerbit yang baik. Berikut rangkuman beliau mengenai ciri-ciri penerbit yang baik :
๐Ÿ™†  Memiliki visi dan misi yang jelas
Hal ini sangat penting diketahui agar penulis bisa menyesuaikan jenis naskahnya dengan penerbit. Misalnya, jika naskah berupa buku pelajaran maka carilah penerbit yang memiliki visi misi di bidang pendidikan.

๐Ÿ™†  Memiliki bussines core lini produk tertentu

๐Ÿ™†  Pengalaman penerbit
Yang dimaksud adalah berapa tahun pengalaman menjadi penerbit. Ibarat pilot, carilah pilot yang sudah memiliki jam terbang yang tinggi.

๐Ÿ™†  Jaringan pemasaran
Agar buku yang diterbitkan bisa dinikmati secara luas, maka pemilihan penerbit yang memilki jaringan pemasaran yang luas menjadi sebuah keharusan. 

Jangan memilih penerbit dengan jaringan lokal agar buku tersebar secara luas. Selain itu, dengan memilih penerbit tingkat nasional, nama penulis juga akan dikenal secara nasional.

๐Ÿ™†  Memiliki percetakan sendiri
Mengapa harus memilih penerbit yang memiliki percetakan sendiri? Ini dimaksudkan demi keamanan naskah yang sudah diterbitkan. Melindungi naskah dari pembajakan karena semua naskah tidak akan diketahui oleh percetakan lain.

๐Ÿ™†Keberanian mencetak sejumlah eksemplar
Keberanian mencetak ulang sebuah buku juga menjdi salah satu ciri penerbit yang baik. Royalti mungkin besar tetapi tidak memiliki keberanian mencetak ulang. Otomatis penerimaan royalti hanya sekali.  Beda dengan penerbit yang berani mencetak  ulang buku kita. Royalti yang akan kita dapat juga berulang-ulang.

๐Ÿ™†  Kejujuran dalam royalti
Hal yang paling penting diantara tujuh ciri penerbit yang baik  adalah kejujuran dalam pembayaran royalti. Unsur penipuan dan ketidakpastian mengenai jumlah cetakan dan jumlah buku yang laku. Pembayaran harus sesuai dengan buku yang terjual.

SENTILAN HANGAT NAN TEGAS DARI PAK DIREKTUR

UNTUK CALON PENULIS

Nah, inilah hal yang harus dipikirkan oleh  calon penulis yang berniat menjadi penulis. Ada di mana posisi kita? Kita sendiri yang mampu menjawab. 

Jenis tulisan apa yang akan dijadikan mahakarya juga terpulang pada diri pribadi penulis agar bisa menerbitkan buku dan menambah penghasilan sebagai penghargaan atas jerih payah kita.

Inilah resume kuliah hari ke 13 kali ini. Semoga bermanfaat......salam literasi....

Minggu, 01 November 2020

10 Kilometer Demi Ibu

Sore ini seperti biasa aku dan suamiku memupuk cinta kami berdua.  Entah mengapa spot favorit kami tidak berubah, nonton layang-layang naga mengangkasa.  

Sebelum pergi aku sempatkan berpamitan pada Uti (sebutan nenek dalam bahasa Jawa).  Kusempatkan pula bertanya," Ti,  kami mo keluar sebentar. Uti pesen apa?" 

"Bakso, " jawab Uti dengan cepat.

Dalam hati aku berpikir, aduh pesanan Uti bisa kuwujudkan tidak? 

Sepanjang perjalanan aku berpikir, tujuan awalku keluar rumah untuk menikmati hiburan murah. Jaraknya juga tidak terlalu jauh. Kira-kira tiga kilometeran saja. 

Nah,  ini Uti pesen makanan.  Dan bagiku permintaan Uti adalah perintah. 

Mungkin bagi sebagian orang hal ini sepele.  Ah,  cuma bakso saja kok dipikir repot. Uti sudah punya selera sendiri rasa bakso favoritnya. Penjual mana yang sesuai dengan lidah beliau,  itu yang dimaui Uti.  

Selain itu,  jarak rumah kami dengan bakso yang klop dengan selera Uti lumayan jauh.  Sekitar sepuluh kilometeran.  Jarak yang cukup wow untuk sebungkus bakso. 

Ya sudahlah....kuajak suamiku melewati spot penerbangan layang-layang naga. Tujuan awal menikmati naga pun berubah.  Permintaan Uti harus kami wujudkan terlebih dahulu. 

"Buk,  kira-kira Pak Kribo masih buka tidak, ya? " tanya suamiku. Pak Kribo adalah nama warung bakso yang biasa menggoyang lidah Uti. 

"Kita coba saja,Yah," jawabku. 

Suamiku memacu motor dengan kecepatan sedang. Rasa ragu masih menggayutiku.  Masih buka atau tidak penjual baksonya.  Semoga saja si bakso favorit masih menjadi rejeki Uti.  

Solusi alternatif pun sudah kupikirkan. Penjual bakso yang rasanya hampir sama dengan bakso Pak Kribo. 

Sekitar lima belas menit perjalan sudah kami tempuh. Plakat Pak Kribo pun sudah tampak.  

"Alhamdulillah. Masih buka, Yah, " kataku. 

Setelah bakso Pak Kribo kami dapatkan,  kami kembali melintasi jalur penerbangan naga.  Ah..... Nikmat sekali.  Bakso sudah di tangan dan kami pun masih bisa menikmati lima belas naga yang terbang sore ini. 

Uti,  kaulah keramat kami.  Sepuluh kilometer demi sebungkus bakso tidak masalah bagi kami. Sehat selalu ya Uti... 




Jumat, 30 Oktober 2020

Belajar Menulis Bareng Om Jay, hari ke 12, tanggal 30 Oktober 2020

BERGURU PADA CIKGU AYU

Sore ini situasi di tempatku tidak terlalu bagus.  Mendung menggelayut dengan warna abu-abu tebalnya.  Angin semilir pun tak ingin kalah untuk menambah suasana semakin dingin.  

Tar..... Tar.... Suara petir menggelegar di angkasa. Tak berapa lama hujan lebat pun turun tak terhentikan.  Dingin... Sangat dingin suasana sore ini. 

Ketakutan pun muncul di hatiku.  Ini malam Sabtu. Pertanda perkuliahan akan kembali dibuka oleh Sang Empu kelas Belajar Menulis Bareng Om Jay.  

"Jangan mati listrik ya Allah." gumamku.  Malam ini aku tidak mau ketinggalan perkuliahanku.  


Lihatlah flyer di atas!  Dua Srikandi  berpadu satu.  Wajah Bu Aam sudah tidak asing bagiku. Teduh, lembut, itulah yang aku rasakan dengan melihat wajah bunda Aam.  Tapi profil di sebelah kiri bunda Aam sungguh cantik. Wajah ayu berbalut topi di kepalanya semakin menyempurnakan penampilannya. Baju biru sangat padu dengan kulitnya yang putih.
Ibu Theresia Sri Rahayu,  ya.... Beliaulah yang akan menemani kami belajar di kelas Om Jay.  

Tepat pukul 18.18 WIB,  bunda Aam membagi biodata ibu Theresia. Pertama kali fokus aku layangkan tanggal lahir pemateri malam ini. Hm....desahku mengawali membaca prestasi bunda Theresia.  Decak kagumku tiada henti.  Segudang prestasi sudah beliau sandang.  Semakin lengkap saja kecatikan bunda yang satu ini.  Sudah cantik wajahnya,  cantik pula prestasi-prestasinya. 


Pemilik blog https://www.cikgutere.com ini benar-benar wanita hebat. Tidak hanya berprestasi di mata pelajaran yang diampunya,  tetapi Cikgu Tere ini ternyata juga jago menulis.   "Belajar Semudah KLIK,Membangun Ekosistem Ubiquitous Learning Dalam Konsep Merdeka Belajar”(2020) dan "Bukan Guru Biasa" yang terbit pada bulan Oktober2020 merupakan buku-buku hasil karya Cikgu Tere.  

Cikgu Tere juga piawai dalam membuat artikel.  Hal ini terbukti dengan dinobatkannya beliau menjadi kreator artikel terbaik dalam rangka lomba Bakti Pancasila  tahun 2020 yang dilaksanakan oleh Kemendibud. 

Lagi-lagi aku merasa beruntung mendapatkan kembali kesempatan belajar di kelas ini. Orang-orang hebat dengan kelebihan masing-masing siap mengucurkan ilmunya untuk kami. 

Bunda Theresia yang enak kupanggil dengan Cikgu Tere pun siap berbagi ilmu malam ini.  Beliau akan menyampaikan topik "Bukan Guru Biasa". Topik ini mungkin diambil  oleh Cikgu Tere sebagai apresiasi bagi seluruh peserta kelas menulis milik Om Jay ini. Beliau menganggap  kami, para peserta ini guru-guru hebat. Ah.....secara pribadi, aku merasa tersanjung dengan pernyataan beliau. 

GURU, MASA  PANDEMI, DAN PERUBAHAN 


Menyinggung soal pandemi Covid 19 dan perubahan tata hidup  baru, Cikgu Tere menyampaikan bahwa pandemi harus di hadapi. Di dunia pendidikan, kemungkinan akan muncul dua sikap dari para guru; menyerah atau bertahan yang dibarengi dengan kreatifitas.

Bagi guru yang mudah sekali menyerah sudah tentu akan merasa tidak nyaman. Mengapa  hali ini terjadi? Hal ini dikarenakan guru tidak mau keluar dari zona nyaman mereka sebelum  terjadi pandemi. Pandemi sudah pasti sangat  menyusahkan mereka.

Berbeda dengan guru yang mau berdamai dengan situasi yang tidak normal seperti sekarang ini, mereka cenderung mengambil sisi positif dan membangun kegiatan postif yang mungkin tidak pernah dilakukan  sebelum masa pandemi. Mereka tidak merasa keberatan untuk memanfaatkan teknologi dan waktu mereka dengan jauh lebih baik. Contohnya; mengisi waktu  dengan menulis, mengikuti diklat online, mengajar dengan WA, dan sebagainya.

Hm.......opening yang bagus dari Cikgu Tere untuk mengawali perkuliahan malam ini. Secara tidak langsung ini merupakan  sentilan hangat bagi kami para guru. Diam di tempat atau berubah dan membuat perubahan.

PROSES MENGHASILKAN TULISAN

Memasuki inti pembelajaran, Cikgu Tere berbagi pengalaman pada kami tentang proses yang dilalui untuk menghasilkan artikel, buku, atau materi pembelajaran. Menurut beliau ada beberapa hal yang harus diperhatikan :
๐Ÿ‘ง Jam terbang
Jam terbang yang dimaksud tentu bukan lamanya seseorang menjadi guru atau sejak kapan kita mulai menulis. Akan tetapi lebih pada bagaimana seseorang mengasah keterampilan menulisnya. Semakin sering menulis maka jam terbang di dunia tulis menulis akan semakin tinggi. 

Lebih lanjut Cikgu cantik ini menyampaikan bahwa memiliki jam terbang tinggi di dunia tulis menulis bisa untuk mencegah writer's block.  Untuk mengatasi writer's block ada trik jitu dari Cikgu Tere : 
๐Ÿ‘€ menganalisa penyebabnya
Faktor mana atau faktor apa saja yang menyebabkan hal ini terjadi; faktor internal atau eksternal. 
๐Ÿ‘€ menentukan solusi yang tepat
Setelah penyebab writer's block dikenali dan ditemukan, maka  akan lebih mudah mencari solusinya. Jika faktor internal penyebabnya, disarankan untuk memaksa diri untuk menulis meski sedang tidak punya  ide apapun. Jika faktor eksternal yang menjadi penyebabnya, maka bangunlah suasana menulis yang membuat kita nyaman untuk menulis. 

๐Ÿ‘ง Konsistensi
Konsistensi yang dimaksud adalah konsistensi menulis. Seperti yang Om Jay selalu ingatkan bahwa menulis harus setiap hari. Kegiatan menulis harus dilakukan  kapan saja, di mana saja. Bu Kanjeng bahkan pernah menyampaikan bahwa menulis adalah keharusan bahkan ketika tidak ada ide sama sekali untuk menulis. 

๐Ÿ‘ง Kesadaran diri dari masing-masing /pribadi/penulis

Kesadaran diri untuk menulis perlu dimiliki. Dengan kesadaran ini, maka jam terbang dan konsistensi akan terbangun.

MANFAAT MENGIKUTI KEGIATAN BELAJAR MENULIS

Menjadi sosok hebat dengan segunung prestasi tidak membuat Cikgu Tere berhenti belajar. Beliau sangat senang terlibat dalam kelas belajar menulis karena menurut beliau banyak sekali manfaatnya; antara lain :      
1. sebagai tempat atau ajang melakukan hobi
2. sebagai sarana mengupgrade skill menulis 
Bergabung dengan penulis lain, membuat seorang penulis  terus termotivasi untuk belajar ilmu-ilmu baru dalam menulis
3. Sebagai media mengekspresikan diri 
Menulis adalah sarana menuangkan ide atau pemikiran yang sangat produktif. Seorang penulis  bebas menjadi siapa saja dan menggali imajinasi kita seluas - luasnya. 
 4. Jembatan meraih prestasi. 
Menulis mendatangkan banyak manfaat, di antaranya berbagai apresiasi sebagai bonus dari menulis. Contoh apresiasi yang beliau terima adalah : blogger inspiratif, penulis cerita mini terbaik, kreator artikel terbaik, penulis beberapa judul buku (indie dan mayor), Tim Reviewer dan Uji Keterbacaan Modul Literasi dan Numerasi, Tim pengembang konten artikel di Komunitas Belajar Guru Penggerak Kemdikbud.   

       JEMBATAN KELEDAI DALAM MENULIS BUKU

Seorang guru sudah pasti sering  membuat jembatan keledai untuk muridnya agar materi gampang di pahami ataupun dihafalkan. Begitu pun dengan Bunda Tere, beliau memberikan jembatan keledai bagi kami untuk penulisan buku. IDOLA......Ya itu jembatannya. 
I   ๐Ÿ‘‰   Identifikasi topik menarik 
D ๐Ÿ‘‰   Daftar semua judul luar biasa
O ๐Ÿ‘‰   Outline terperinci 
L ๐Ÿ‘‰   Lanjut menulis isi bab
A ๐Ÿ‘‰   Atur layout sesuai permintaan penerbit

MEMBANGUN PERSONAL  BRANDING

"Berkat menulis di blog, keterampilan menulis  saya terus menerus terasah dan akhirnya tanggal 1 Oktober 2020, saya mendapat apresiasi dari Direktorat Jenderal Pendidikan Sekolah Dasar Kemendikbud sebagai Kreator Konten Artikel Terbaik dalam Lomba Pancasila Bakti 2020. Hadiahnya sangat besar yaitu 10 juta rupiah, dalam bentuk media pembelajaran." kata Cikgu Tere di WAG kami.

Cikgu Tere menyampaikan bahwa ketika mengikuti sebuah lomba dan panitia lomba ingin mengetahui profil beliau, mereka cukup mengetik nama beliau di browser. Dengan mudah  mereka akan mendapat semua informasi yang diinginkan. Inilah pentingnya personal branding.

Lalu, bagaimana membangun personal branding?  
1. Menulis dari hal-hal kecil
Seorang penulis hebat tidaklah serta merta hebat. tahap menjdi penulis pemula tentu  harus dilalui. Akan tetapi, berjalannya waktu ditambah dengan konsistensi dalam menulis orang akan menghargai da mengenal tulisan-tulisannya baik di blog maupun di media lainnya.

2. Membangun sikap terbuka terhadap kritik dan saran yang positif.
Sikap seperti ini harus selalu terpatri di dada setiap penulis. Obyektifitas terhadap tulisan yang dihasilkan  harus selalu dimiliki. 

PESAN TULUS CIKGU TERE

Diakhir  perkuliahan Cikgu Tere memberikan pesan bagi kami:
"Untuk dapat memantaskan diri menjadi bagian dari "Bukan Guru Biasa", hendaknya kita selalu melakukan 3 B yaitu: Belajar, Berkarya, Berbagi. Cari ilmunya, tuangkan lewat karya nyata, dan bagikan karya tersebut hingga dapat menginspirasi orang lain." 

Pesan diatas sangat menyentuhku. Semoga semua ilmu beliau malam ini bisa aku adopsi dan jejak lincah beliau bisa aku ikuti meski umurku tak semuda Cikgu.

Inilah resume sederhana di perkuliahan tanggal 30 Oktober 2020. Semoga bermanfaat...Salam Literasi...Semangat menulis



Kamis, 29 Oktober 2020

Belajar Menulis Bareng Om Jay, hari ke 11. 28 Oktober 2020

GURU  BISA  MENJADI PENGUSAHA SUKSES

Sore ini ada keanehan yang aku rasakan. Bukan hari yang bergulir dengan cepat, bukan pula tanggal merah di kalender yang membuat aku tetap di rumah. Ya,....tetap di rumah dengan segala pekerjaan ibu rumah tangga yang tiada habisnya.

Aneh....itu yang aku rasakan. Biasanya setiap hari Senin, Rabu, dan Jumat,  salah satu petinggi WAG  kelas menulis Om Jay selalu memberikan informasi pemateri. Tapi sore ini sampai saat Maghrib,  tak satupun info tentang itu. 

Aku scroll chat di WAG ku tapi tak kutemukan info pemateri malam ini. Sudah kucoba bertanya teman-temanku tetapi tak satu pun jawaban yang kuterima. 

Gamang, cemas, bingung itulah yang masih kurasakan. Kutenangkan diriku dengan mengerjakan kebiasaan baik setelah solat maghrib sambil menunggu info yang ku tunggu-tunggu.

Ti.....tit.....ringtone hpku berdering. Kubuka dengan cepat dan ternyata Om Jay akhirnya membuka pintu kelas. Lega rasanya perkuliahanku tidak libur hari ini.

Perkuliahan pun di mulai. Dan keanehan ke dua kurasakan. Ini mengenai pemateri malam ini. Dari hari ke 1 sampai hari ke 10, para pemateri pasti orang-orang yang berkecimpung di dunia tulis menulis. Aku bingung, ibu Betti bukan penulis tapi guru yang juga seorang pengusaha. 

"Jadi saya memulai jualan itu sejak saya membuat kursus. itu jualan juga kan ? Jualan materi. Saya awalnya membuat kursus Aritmatika tahun 1996. Kemudian saya menulis buku aritmatika dan menjualnya sendiri dengan mengadakan pelatihan pelatihan." itu kalimat bunda Betti.

Aku berpikir sejenak sambil mencoba maraba-raba alasan dan tujuan Om Jay menghadirkan bunda Betti di tengah-tengah kami. Kusimak terus chat WAG ku ikuti saja terlebih dahulu. Sedikit demi sedikit pertanyaan demi pertanyaanku pun terjawab. Ibu Betti ternyata sosok yang luar biasa. Sampailah aku pada satu kesimpulan atas pertanyaan-pertanyaanku. TEACHERPRENEUR.... ya itu yang mungkin Om Jay ingin kami pelajari. Apa itu teacherpreneur? Teacherpreneur adah perpaduan darikata teacher (guru) dan enterpreneur (wirausahwan). Jadi teachepreneur adalan seorang guru yang selain mengajar dia juga mempunyai kemampuan berwirausaha. 
(sumber http://riahamid92.blogspot.com/2013/01/teacherpreneur.html)

Benar saja, Bunda Betti langsung bercerita dari awal perjalanan usahanya selain tugasnya sebagai guru. Dimulai pada tahun 1996, beliau mendirikan kursus aritmatika.  Buku tentang aritmatka pun beliau hasilkan. Bunda Betti menjual sendiri buku-bukunya. 

Sambil menyelam minum air. 

Ungkapan di atas sangat tepat disandangkan pada bunda Betti yang gigih. Pada tahun 1998, ketika beliau memberikan kursus , beliau selalu berusaha menjual buku-buku aritmatikanya. Luar biasa, hebat, tangguh, cerdas dan sejuta kata sanjungan pantas kuberikan pada beliau. Bagaimana tidak? Lembaga kursus beliau sudah mencapai 24 anak cabang di seluruh Bekasi.

Pada tahun 2003, Bunda Betti melebarkan sayapnya di dunia pendidikan dengan mendirikan sekolah TK dan TPQ. Usaha beliau dibidang pendidikan ini berlanjut  dengan mendirikan setingkat  SD. 

Karena usia beliau yang sudah cukup tua, Bunda Betti mengurangi aktivitas di sekolah dan mulai menggeluti  dunia bisnis yang lain. Didirikanlah sebuah kedai di dekat rumah bunda Betti. Lagi-lagi aku terpesona dengan ibu yang satu ini. Ketika orang lain mengisi masa tua dengan duduk, membaca Quran ata koran, momong cucu dan sebagainya, tidak demikian halnya dengan bunda Betti. Beliau tetap ingin berkarya dan menghasilkan keuntungan.  

Sayang sekali usaha kedai yang baru beliau rintis ini tidak luput dari pengaruh wabah Corona. Kadai ini macet ditengah perjalanan operasionalnya. Beruntung pemerintah Bekasi memberikan perhatian khusus pada UMKM. Dengan perhatian pemerintah ini, bunda Betti mengikuti berbagai pelatihan terutama boga secara gratis. Berbekal pelatihan-pelatihan tersebut beliau berhasil membuat produk yang juga sudah memiliki ijin PIRT dan bersertifikat halal. 



Ketika Om Jay mengajukan pertanyaan mengapa bunda Betti tertarik untuk buka usaha sendiri, dengan lugas beliau menjawab bahwa dengan  usaha sendiri itu beliau bisa menyesuaikan diri dengan ide dan keinginan beliau. Harus lebih kerja keras sudah menjadi resiko yang beliau harus hadapi. 

 Usaha Bunda Betti cukup sukses, apa saja kiat2nya?

❎ usaha dengan sungguh sungguh 
❎ kerja keras
❎ mohon ridho Allah

Dari perkuliahan bersama bunda Betti dapat kutarik kesimpulan. Ketika peluang dan pintu usaha terbuka seorang guru bisa menjadi guru kaya asal mau berusaha dan berdoa. Usaha dengan sungguh-sungguh disertai dengan usaha yang keras pasti akan membuahkan hasil yang manis. Ketika usaha dan kerja keras telah dilakukan, maka kepasrahan akan hasinya menjadi hak Allah. Hasil berbanding lurus denan proses. 

Inilah resume perkuliahan Belajar Menulis Bareng Om Jay hari  ke 11. Teriring doa semuga sekelumit resume ini bisa menggugah diri saya dan pembaca untuk bisa menjadi teacherpreneur hebat. 


Selasa, 27 Oktober 2020

Belajar Menulis Bareng Om Jay, hari ke 10 26 Oktober 2020

DARI RESUME MENJADI BUKU

Perjuangan 

dan 

Impian Calon Penulis


"Besok malam akan saya jelaskan. Bagaimana mengolah resume menjadi buku. Beserta ketentuan, dan formatnya,"kata Pak Brian di chat WAG  kami.

Janji manis Pak Brian ini bukan hanya membuat jantungku berdegup kencang tapi juga membuatku  seolah merasakan angin surga menggelitik kulitku. 

Belum berhenti degup jantungku, tiba-tiba tokoh hebat lain di grup ini, bunda Aam membagikan CV Pak Brian. CV ini pula yang membuat ibu-ibu anggota grup menulis ini merasa muda lagi. 

Ya,....bagaimana tidak heboh?  Pemateri yang sudah akrab dengan kami ini ternyata masih muda. Saya pribadi sudah kuliah semester empat pada saat beliau lahir. Bahkan pada tahun itu, saya sudah mulai mengajar meski belum selesai kuliah. 

Waktu perkuliahan pun tiba. Beda dengan hari-hari sebelumnya, Kali ini kami Ibu Aam yang membuka pintu kelas sekaligus sebagai moderator. 

Pak Brian benar-benar hadir sebagai pemateri untuk  malam ini, Senin, 26 Oktober  2020. Seperi janji beliau, malam ini kami disuguhi sajian yang sangat kami tunggu-tunggu. Pak Brian membekali kami  tentang hal-hal yang perlu diperhatikan saat menyiapkan kumpulan resume untuk menjadi naskah buku.

Seperti para narasumber yang sudah pernah dihadirkan oleh Om Jay, Pak Brian juga memiliki segudang pengalaman.

Raimundus Brian Prasetyawan, S.Pd itulah nama lengkap Pak Brian. Beliau lahir di Jakarta, 30 Juni 1992. Saat ini beliau berprofesi sebagai guru SD di Jakarta. 

Profilnya pernah dimuat dalam buku berjudul "Majors For The Future". Untuk profile lengkap beliau, bisa dikunjungi di link berikut: 

Sebelum memberikan inti  materi, Pak Brian menceritakan pengalamannya di bidang tulis menulis. Pak Brian sudah lama bergelut dengan dunia blog. Nama blog pertama beliau www.praszetyawan.com yang dibuat pada 2009. Namun keinginan untuk membuat buku  baru muncul di tahun 2013. 

Pada akhir tahun 2013, Pak Brian sempat membuat sebuah resolusi untuk beliau sendiri. Adapun resolusi beliau adalah :
๐Ÿ‘‰1.   Menyelesaikan studi secepat mungkin di tahun 2014
๐Ÿ‘‰2.  Keinginan memublikasikan tulisan di harian umum dan di situs media online. 
         Sayang seribu sayang, mimpi beliau ini belum terwujud. tak satupun tulisan beliau yang dimuat.  
Namun kegagalan ini tidak membuat Pak Brian putus asa. Hal ini justru menjadi cambuk bagi beliau untuk berusaha lebih keras lagi. 
๐Ÿ‘‰3.  Membuat buku. 
Penyusunan buku sudah menjadi resolusi tertahan bagi Pak Brian. 
Perlu kepercayaan diri yang tinggi bagi Pak Brian untuk menerbitkan buku. Kendala lain adalah motivasi beliau yang masih kurang tinggi sehingga sampai tahun 2014 tidak ada satu buku  pun yang berhasil diterbitkan. Ini terjadi karena kesibukan beliau sebagai mahasiswa tingkat akhir dan tidak adanya mentor.  Naskah-naskah beliau tersimpan saja di laptop. 
๐Ÿ‘‰4. Menerbitkan buku di penerbit mayor. Resolusi ini merupakan target jangka panjang.

Pada tahun 2019, keinginan beliau untuk membuat buku  muncul kembali. Secara tidak  sengaja  Pak Brian menemukan hashtag di Instagram tentang penerbit Indie. Dar sinilah mata hati Pak Brian terbuka bahwa  menerbitkan buku sekarang lebih mudah dan banyak pilihan dengan adanya penerbit indie. Dengan semangat menyala, beliau selesaikan juga naskah yang sudah lama terpendam. Di bulan Oktober 2019, naskah beliau pun selesai. 

Setelah mengirim dan menunggu selama kurang lebih tiga bulan, akhirnya terbitlah buku pertama beliau di bulan Januari 2020.

Berhasil menerbitkan buku perdananya, tidak membuat Pak Brian puas. Justru semangat menulisnya semakin membara. Semangat menerbitkan buku juga kian tak terbendung ketika beliau bergabung dengan majelis yang hebat, "Belajar Menulis Barng Om Jay" angkatan ke 4.

Pada bulan Mei dan Juni 2020, beliau berhasil merilis dua buku solo :




BAGAIMANA DENGAN RESUME-RESUME YANG SUDAH DIBUAT?


Memasuki inti materi, harapan akan terjawabnya pertanyaan dan keraguanku selama ini  semakin meraja. Aku masih ragu apa yang harus aku lakukan setelah perkuliahan ini selesai. Akan di kemanakan resume-resumeku? Apa yang harus ku lakukan dengan resume-resume ku?  Penerbit mana yang mau menerima naskahku? Pertanyaan ini mungkin juga dirasakan oleh peserta lain. 



Sesuatu yang melegakan di sampaikan Pak Brian. Tim yang tergabung di kelas menulis ini akan memudahkan peserta pada saat akan menerbitkan buku. Beliau juga menegaskan bahwa pelatihan menulis Bareng Om Jay tidak memaksa peserta harus memilih satu penerbit tertentu. Peserta bebas menentukan penerbit mana yang akan digandeng untuk menghasilkan buku. Akan tetapi jika menginginkan pembimbingan, tim kelas Om Jay siap membantu dengan menghadirkan beberapa rekanan penerbit, misalnya Kamila Press milik Pak Mukminin, YPTD milik Pak Thamrin, ada juga penerbit rekanan Bu Kanjeng da Pak Brian. 

Dari sini sedikit demi sedikit kagalauanku mulai berkurang. Ada angin segar yang akan memudahkanku menjadikan semua resume pelatihan yang telah ku buat menjadi karya terbaiku dalam bentuk buku. Secercah harapan mulai muncul. 

Hal yang perlu diperhatikan jika ingin menerbitkan buku adalah ketentuan dan syarat dari penerbit. Penerbit yang satu dengan penerbit yang lain mungkin berbeda syarat ketentuannya. Untuk penerbit rekanan Pak Brian memiliki syarat dan ketentuan sebagai berikut:
1. Untuk aturan penulisn naskah 
๐Ÿ‘‰Ukuran kertas A5 (14x20cm)
๐Ÿ‘‰Huruf times new roman, ukuran 12
๐Ÿ‘‰Spasi 1,5
๐Ÿ‘‰Margin 2 cm semua
๐Ÿ‘‰Paragraf rata kiri-kanan (justify)

2. Untuk Kelengkapan naskah yaitu:
Kelengkapan naskah meliputi : cover ( judul buku dan nama penulis saja), kata pengantar, daftar isi (tanpa nomor halaman), profil penulis, sinopsis (3 paragraf. Masing-masing paragraf 3 kalimat
Adapun urutannya:
๐Ÿ’Cover
๐Ÿ’Kata Pengantar
๐Ÿ’Daftar Isi
๐Ÿ’Isi naskah
๐Ÿ’Profil Penulis
๐Ÿ’Sinopsis
Semua berkas di atas harus disimpan  dalam  satu file.  Adapun biaya pencetakan Rp. 300.000

Setelah syarat dan ketentuan dipenuhi, penulis mendapat fasilitas penerbitan: 
๐Ÿ‘‰Desain cover
๐Ÿ‘‰ISBN
๐Ÿ‘‰Layout
๐Ÿ‘‰Edit ringan
๐Ÿ‘‰2 Buku bukti terbit
๐Ÿ‘‰E-Sertifikat

Di akhir perkuliahan, Pak Brian menyampaikan bahwa menerbitkan buku semakin mudah. Tulisan apapun bisa diterbitkan. Ketakutan tentang jumlah halaman pun harus dikesampingkan. Karena ada juga penerbit yang tidak menjadikan jumlah halaman sebagai syarat ketentuan. Sebagai contoh penerbit yang menjadi rekanan Pak Brian.

Banyaknya  penerbit juga memudahkan dalam penentuan pilihan, kira-kira penerbit mana yang sesuai dengan naskah yang sudah dibuat.

Terjawab sudah semua pertanyaanku dengan hadirnya Pak Brian di tengah-tengah kami. Aku semakin yakin tidak ada yang sia-sia dengan mengikuti kuliah luar biasa ini. 

Inilah resume hari ke 10 kelas Belajar Menulis Bareng Om Jay. Salam literasi...semangat menulis dan menerbitkan buku....