Minggu, 01 November 2020

10 Kilometer Demi Ibu

Sore ini seperti biasa aku dan suamiku memupuk cinta kami berdua.  Entah mengapa spot favorit kami tidak berubah, nonton layang-layang naga mengangkasa.  

Sebelum pergi aku sempatkan berpamitan pada Uti (sebutan nenek dalam bahasa Jawa).  Kusempatkan pula bertanya," Ti,  kami mo keluar sebentar. Uti pesen apa?" 

"Bakso, " jawab Uti dengan cepat.

Dalam hati aku berpikir, aduh pesanan Uti bisa kuwujudkan tidak? 

Sepanjang perjalanan aku berpikir, tujuan awalku keluar rumah untuk menikmati hiburan murah. Jaraknya juga tidak terlalu jauh. Kira-kira tiga kilometeran saja. 

Nah,  ini Uti pesen makanan.  Dan bagiku permintaan Uti adalah perintah. 

Mungkin bagi sebagian orang hal ini sepele.  Ah,  cuma bakso saja kok dipikir repot. Uti sudah punya selera sendiri rasa bakso favoritnya. Penjual mana yang sesuai dengan lidah beliau,  itu yang dimaui Uti.  

Selain itu,  jarak rumah kami dengan bakso yang klop dengan selera Uti lumayan jauh.  Sekitar sepuluh kilometeran.  Jarak yang cukup wow untuk sebungkus bakso. 

Ya sudahlah....kuajak suamiku melewati spot penerbangan layang-layang naga. Tujuan awal menikmati naga pun berubah.  Permintaan Uti harus kami wujudkan terlebih dahulu. 

"Buk,  kira-kira Pak Kribo masih buka tidak, ya? " tanya suamiku. Pak Kribo adalah nama warung bakso yang biasa menggoyang lidah Uti. 

"Kita coba saja,Yah," jawabku. 

Suamiku memacu motor dengan kecepatan sedang. Rasa ragu masih menggayutiku.  Masih buka atau tidak penjual baksonya.  Semoga saja si bakso favorit masih menjadi rejeki Uti.  

Solusi alternatif pun sudah kupikirkan. Penjual bakso yang rasanya hampir sama dengan bakso Pak Kribo. 

Sekitar lima belas menit perjalan sudah kami tempuh. Plakat Pak Kribo pun sudah tampak.  

"Alhamdulillah. Masih buka, Yah, " kataku. 

Setelah bakso Pak Kribo kami dapatkan,  kami kembali melintasi jalur penerbangan naga.  Ah..... Nikmat sekali.  Bakso sudah di tangan dan kami pun masih bisa menikmati lima belas naga yang terbang sore ini. 

Uti,  kaulah keramat kami.  Sepuluh kilometer demi sebungkus bakso tidak masalah bagi kami. Sehat selalu ya Uti... 




11 komentar:

  1. Luar biasa pengorbanann demi utinya,

    BalasHapus
  2. Luar biasa ya buk perjuabganNya demi ortunya, dakam sehat selalu buat Utinya bun..

    BalasHapus
    Balasan
    1. Mksh.... Coba berbenah dlm menulis... Semoga lombok2 berdatangan

      Hapus
  3. Simbah pengemar bakso pak Kribo to bu Yuli, bagus ceritanya

    BalasHapus
    Balasan
    1. Inti sebenarnya mau menerapkan ulasan pak rizky... Nunggu lombok2 ini

      Hapus
  4. Pandailah menyenangkan ibu, karna dia salah satu pintu surga

    BalasHapus
  5. Birrul walidain... sudah Dapat nikmat dobel lagi... Bisa dibayangkan mbak...daripada Uti yang jalan sendiri ke pak Kribo... Bisa ribet lagi semua ... hehe.

    BalasHapus

terima kasih atas kunjungan anda