Kamis, 08 Oktober 2020

Simbok, pahlawanku


belajar menulis bareng om jay

 
SIMBOK PAHLAWANKU

        Simbok (ibu dalam bahasa indonesia) adalah sosok kebanggaanku. Status janda tidak membuat simbok patah arang untuk membesarkan dan mendidik kami delapan bersaudara setelah bapak meninggal. Dialah wanita tangguh yang berpengaruh besar pada keberhasilan anak-anaknya.
         Flashback ke 20 tahun  yang lalu, sepeninggal bapak di tahun 1980, simbok otomatis menjadi satu-satunya tulang punggung keluarga. Ketika itu aku masih 10 tahunan. Aku ingat betul perjuangan simbok yang berat dimulai ditahun itu tanpa bapak.
         Simbok selalu berpesan pada kami untuk selalu jadi orang tangguh. Simbok  berpesan," Simbok ki wong mlarat, mung iso nyangoni ngelmu kanthi nyekolahke kowe kabeh. Mulo do dadio wong pinter." ( ibu orang miskin. Hanya bisa membekali ilmu dengan menyekolahkan kalia . Maka jadilah orang pintar)
          Kata-kata simbok ini masih kuingat. Dan selalu terpatri di hati dan kepalaku. Dalam hatiku waktu itu, aku berjanji akan membuat keramatku ini bangga padaku. 
          Masih kuingat juga kata-kata keras simbok bahwa kalau kalian ingin makan maka harus bekerja. Ini berarti bahwa tidak ada kecuali, semua anak harus bahu membahu membantu simbok untuk mencukupi semua kebutuhan keluarga. Oh, ya...simbok bekerja sebagai produsen makanan yang sungguh trend di tahun 70an sampai 90an. Makanan khas orang dusun ONDE-ONDE nama makanan produk keluarga kami.
          Untuk memproduksi makanan sumber kehidupan kami ini, perlu proses yang panjang. Dari mulai membuat isi onde-onde sampai tahap akhir makanan siap untuk di jual.
          Setiap hari kami sekeluarga saling bantu meringankan beban simbok. Sepulang sekolah, kami langsung memposisikan diri pada tugas sesuai pembagian dari simbok. Rutinitas ini tetap kami lakukan dengan ikhlas. 
        Serunya membantu simbok adalah ketika waktunya membuat  bulatan-bulatan kecil untuk isi onde-onde. Jumlahnya tidak sedikit. Bisa mencapai lima kilogram kacang hijau yang sudah di godog, dihaluskan dan di buat adonan yang diberi nama KUMBU.  Nah....saat membuat bulan kumbu itulah saat yang peling seru.
         Tanpa kecuali semua tangan kanan kami berkreasi membuat bulatan-bulatan sesuai uknuran. Ada yang besar, ada yang kecil. Terkadang waktu kerja sepeti ini menjadi ajang bercanda dan menghibur diri. Tangan kotor tidak jadi masalah. Semangat berkerja dengan berpegang teguh kata-kata simbok : jika ingin makan harus bekerja.
        Hal yang kukagumi dari sosok Simbok adalah KETANGGUHAN MENGHADAPI KERASNYA HIDUP.
Tanpa kehadiran bapak dengan masih adanya  amanat 5 orang anak yang belum mandiri bukanlah hal yang ringan. Dibalik semua beban hidupnya, simbok tidak pernah sekalipun mengeluh. Baginya, kami adalah amanah  yang harus dijaga.
         Menghidupi 5 anak yeng belum semuanya mandiri menjadi tantangan luar biasa bagi simbok. 
Sepeninggal bapak, dari 8 anak baru 3 kakakku yang mandiri. 2 kakakku sudah menikah  dan 1 kakakku sudah  bekerja sebagai guru. Untuk 2 kakakku yang menikah tentu simbok tidak berani meminta bantuan. Mereka sudah mempunyai kekentingan sendiri untuk keluarga mereka. Satu kakak yang belum menikah lumayan bisa membantu simbok. Tapi simbok tidak mau sepenuhnya membebani kakakku.
          Satu lagi kisah indah tetang simbokku. Sebenarnya suasananya sedih tapi aku bahagia. Waktu itu kami menghadiri pernikahan salah satu cucu simbok. Ditengah-tengah acara, simbok merasa lelah dan ingin keluar dari arena pernikahan. Kutuntun simbok bersama kakakku. Tapi hal yang tidak pernah terbayangkan terjadi.
           Belum 50 meter kami keluar dari tempat pesta, mendadak simbok terjatuh. Tentu aku dan kakakku kaget. Dengan tubuh simbok yang besar, sekitar 80 kiloan beratnya, tidak mungkin bagi kami mengangkat simbok. Kami minta tolong orang, tapi sudah terlambat. Simbok sudah tidak ada...simbok sudah meninggalkan kami.
          Duka lara sudah pasti karena kehilangan keramat kami. Tapi meski sedih, dalam hatiku yang terdalam aku bahagia. Insya Allah simbok meninggal dengan husnul khotimah. Keyakinan ini aku hubungkan dengan saat aku membantu mengangkat tubuh besar simbok. Apa yang kurasakan? Serasa mengangkat kapas. 
          Fakta diataslah yang membuatku bahagia. Simbok termasuk orang yang dijanjikan surga oleh Allah.  Meski sedih luar biasa kulepas simbok dengan ikhlas.
          Simbok....sampai kapanpun simbok akan jadi pahlawanku
          

       

13 komentar:

  1. Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.

    BalasHapus
  2. Masya Allah..

    Cukup mengharukan kisah tentang simbol ini. Tulisan yang seperti ini bisa jadi penyegar bahasa setelah dua pertemuan menulis bersama Om Jay.

    Bahasanya sederhana, mengalir dan bisa diambil hikmahnya.

    Figur seorang ibu bagaimana pun selamanya akan dikenang. Sebab, semua orang kan lahir dari ibu.

    Kecuali kera sakti yang lahir dari batu. Ah, kalau itu sih film. 😂

    Semoga simbok dalam tulisan ini husnul khatimah, meninggalkan anak-anak yang sholeh. Senantiasa berbagi dan bermanfaat untuk orang lain, terutama lewat menulis.

    Salam sukses! 👍

    BalasHapus
    Balasan
    1. Masyaallooh sy sampai mncucurkan air mata mbo' smoga Allah SWat slalu mnyayangimu

      Hapus
  3. Pengalaman ditulisan tersebut sangat menggugah perasaan dg ketangguhan seorang ibu yg ditinggal pergi oleh suaminya dan membesarkan 5 orang anak dan dalam mendidik tetsebut beliau tdk pernah lelah, dan mengajarkan kpd anak2 beliau bahwa untuk mendapatkan sesuatu harus ada usaha. Sukses selalu

    BalasHapus
  4. Tulisan sangat bagus menggambarkan perjuangan seorang ibu utk kesuksesan buah hatinya

    BalasHapus
  5. Terima kasih simbok. Tempatmu ada di surga dan kami anak anaknya akan selalu mendoakanmu.

    BalasHapus
  6. Sungguh kisah yang mengharukan. Jasa seorang Mbok/Kakak bagi adik-adiknya. Kasih sayang dan ketulusan si Mbok karma terbaik dalam perjalanan hidupnya. Luar biasa kisah jasa hidup si Mbok buat Ibu Yuliati Mandaku. Salam kenal , dan salam asuksesq

    BalasHapus
  7. Sebagai bagian dari kisah ini sebetulnya aku ingin sekali menumpahkan semua cerita tentang Simbok. Tidak hanya ketangguhannya, tapi kasih sayangnya yg luar biasa hingga saat beliau menutup mata untuk selamanya di pangkuanku. Terbayang lagi ketika aku pulang sekolah kemalaman karena sulitnya angkutan. Sekitar jam 9 malam aku turun dari colt (angkutan saat itu) hujan sangat deras diiringi kilat dan suara geledeg. Aku harus jalan kaki kira2 1.5 kilometer dan melintasi jembatan sepanjang 600 an meter untuk sampai rumah. Keadaan gelap dan sepi, hanya suara "kemrosak" derasnya air banjir. Dalam hati aku memohon "ya Alloh, selamatkanlah aku !". Baru beberapa langkah aku berjalan di kegelapan, masya Alloh! Aku tak percaya yg samar2 kulihat. Simbok jalan kaki menjemputku hanya berbekal payung ! Menembus gelap dan derasnya hujan, geledeg & petir, serta 600 meter jembatan tua yg bergetar oleh derasnya air banjir yg se-waktu2 bisa mengancam jiwa Simbok. Semua rasa takut dilawan Simbok demi anaknya, aku ! Alhamdulillah, malam itu Alloh berikan keselamatan pada kami hingga sampai rumah.
    Satu pelajaran tentang kasih sayang dan tanggung jawab yg sangat luar biasa !
    Terima kadih. Simbokku . . .

    BalasHapus
    Balasan
    1. We eh kangmasku baca tulisanku....mksh pakdr sudah berkunjung. Besok sy tulis lagi di tulisan brktnya

      Hapus
  8. Masyaalloh... sungguh kisah yang mengharukan.

    Satu kata yang entah berapa ribuan bahkan jutaan kali terucap... "Simbok". Seperti itulah juga, kami 5 bersaudara memanggilnya.


    Jasa simbok tidak ternilai.... tidak ada balasan yang sebanding untuk membayarnya... selain Jannah-Nya.

    Rabbighfirlii waliwaalidayya warhamhuma kama robbaya nii shoghiira.

    Aamiiin.

    BalasHapus

terima kasih atas kunjungan anda