Sabtu, 10 Oktober 2020

Kesedihanku, Ada Temannya

     KISAH PILU DIHARI MINGGU

       Pagi ini suasana sangat cerah. Seperti biasa rutinitas hari minggu kulakukan dengan ringan hati. Meski capek,  kukerjakan semua pekerjaan rumah tangga dengan senang hati. Aku berpikir hari minggu adalah saatnya aku memainkan peran si Inem. 

           Bekerja sambil bernyanyi kecil adalah kebiasaanku. Sekadar untuk mengurangi rasa capek. Begitupun pagi ini. Lagu-lagu lama kesukaanku satu persatu kudendangkan. Dari mulai lagunya backstreet boys, guns n roses, dan sederet lagu indonesia lama menemaniku. 

        Ditengah lagu sweet child of mine, tiba-tiba anakku menghentikanku. "Buk, ada berita duka. Putranya lik Poniman meninggal. Dimakamkam jam sepuluh," katanya. Spontan kuhentikan suaraku. Innalillahi.....kata itu langsung kuucapkan.

         Setelah bersepakat dengan suamiku, kamipun berangkat  takziah ke rumah duka. Cukup jauh perjalanan kami, sekitar empat puluh lima menitan.

       Sepanjang perjalanan, kami masih memperbincangkan keluarga duka. Pasti mereka sedih luar biasa. Gadis kecil mereka diambil kembali oleh Yang punya. 

       Dialog kecilpun muncul diantara deru mobil kami. "Yah, kalau kematian itu didahului sakit seperti keluarga kang Poniman ini, mungkin duka lara dihati tidak terlalu sakit. Karena mereka sudah siap dengan segala kemungkinan, " kataku. 

        Suamiku juga menimpali perkataanku," iya, daripada melihat anaknya menderita, wafatnya mungkin lebih melegakan orang tuanya. Mereka akan lebih cepat semeleh. (bahasa jawa yang bermakna ikhlas menerima takdir)

      Dialogpun berlanjut, tanpa terasa kami sampai di rumah duka. Setelah menyolatkan jenazah, aku dan suamiku menyempatkan diri duduk sebentar sekadar bercakap-cakap dengan tetangga keluarga duka. 

      Dan dari cerita tetangga yang duduk di sebelahku, ternyata ada kisah miris dibalik kematian almarhumah. Kisah pilu yang empat tahun lalu kualami bersama suamiku. 

       Untuk menjaga privasi dan ketenangan pembaca kisahku ini, aku tidak akan menyebutkan nama rumah sakit di mana almarhumah sempat dirawat. Memang si Dedek (8 tahun), sebut saja itu namanya, sempat sakit malaria dan typhus. Setelah empat hari dirawat, si Dedek diperbolehkan pulang. Sudah pasti ayah bundanya  bahagia karena putri kesayangan mereka sudah sembuh.

        Segala administrasi sudah diurus agar kepulangan si Dedek tidak terhambat. Penyambutanpun sudah disiapkan oleh saudara mereka yang menunggu di rumah.

         Sebelum pulang, si Dedek masih harus disuntik untuk terakhir kalinya. "Ah,....tidak masalah, tinggal sekali suntikan terus si Dedek bisa pulang, pikir Poniman.

        Suntikan terakhirpun diberikan. Sesaat setelah itu, tubuh Dedek yang tadi cerah ceria berubah total. Si Dedek juga mengalami kejang-kejang.  Tak ayal Poniman dan istrinya bingung tidak karuhan, demikian juga dengan tim medis di tempat itu. 

        Kejang-kejang si Dedek tidak berlangsung lama. Dia diam terkulai tak berdaya. Jerit tangis sang bunda tidak terbendung lagi. Poniman juga tidak mampu menahan tangisnya. Si Dedek pergi untuk selamanya, tepat di hadapan mereka.

        Usut punya usut, ternyata obat yang diterima si Dedek bukan untuknya. Malpraktek mungkin sudah terjadi dan pihak rumah sakit sudah mengakui ada kesalahan dipihaknya sehingga Dedek harus pulang dalam kondisi meninggal.

      Mendengar cerita tadi, hatiku semakin hancur. Memori pedih empat tahun yang lalu seolah terkuak kembali. Kepergian buah hatiku diusia yang sama dengan si Dedek kembali menggores hati. Hanya saja caranya yang berbeda. 

      Sebelum pulang suamiku berpesan pada ayah si Dedek bahwa putrinya akan menunggu dipintu surga dan akan mencari ayah bundanya. Si Dedek akan menuntun kedua orang tuanya ke surga.

        Diperjalanan pulang, aku dan suamiku banyak terdiam. Rasa sukur kuucapkan karena kepedihan kehilangan buah hati, bukan kami saja yang merasakan. Ada banyak keluarga lain diluar sana yang mungkin jauh lebih pedih rasanya saat kehilangan putra putri mereka.

       Selamat jalan Dedek, semoga kamu bertemu dengan mas Fahmi anakku. 

        



        

4 komentar:

  1. Smg Husnul khotimah kita ttp.tegar
    Memohan kpd Alloh

    BalasHapus
  2. Bagus bu alur cerita dan impresinya dapat, btw kisah nyata yah bu? Sy ikut berduka..

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya...kok lbh enak ngembangkannya klo ksh nyata. Mksh bund

      Hapus

terima kasih atas kunjungan anda