Sabtu, 10 Oktober 2020

Manusia Berencana, Allah Sang Penentu

        DIBALIK RASA KECEWAKU

          Hari sabtu adalah hari spesial. Lima hari kerja membuatku selalu ingin berjumpa dengan hari Sabtu.  

        Sepanjang siang sampai jelang Asar, grup wa keluargaku sangat riuh dengan rencana malam mingguan. Yang paling membuat riuh adalah berita akan adanya festival layang-layang naga malam ini.

       Segala rencana dan usul di grup wa sudah dirancang sedemikian rupa, mulai dari persiapan makanan, minuman, tikar yang lebar, sampai instruksi membawa mukena juga diusulkan. Ini untuk antisipasi jika penonton berjubel dan kami terjebak oleh kerumunan. Bahkan air untuk wudlupun diangkat menjadi bahan pembicaraan yang seru.

          Diskusi berlangsung panjang. Masalah tempatpun dibahas. Kami saling usul posisi yang strategis untuk menonton naga-naga beterbangan di udara. Kami ingin sekali bisa melihat naga yang terbang dari segala penjuru arah. Maklum malam ini sangat spesial. Festival 47 layang-layang naga.

           Setelah titik kumpul kami tentukan, kami memilih salah satu keponakan yang nanti akan berangkat terlebih dahulu. Tugasnya BOOKING TEMPAT sesuai keputusan di grup wa. 

            Waktu berjalan dengan cepat. Adzan Asarpun terdengar sudah. Suasana hati mulai campur aduk.  Keinginan untuk  segera ke tempat berkumpul secepatnya semakin memuncak meski festival dimulai setelah maghrib. 

          Tak mau ketinggalan, aku juga mulai gusar. Setelah solat asar, beberapa kali aku keluar masuk rumah untuk melihat situasi langit di atasku. Ah,....masih aman....lumayan cerah. Hanya saja sang bayu belum berhembus kuat.

           Kulihat jam dinding di kamarku menunjukkan angka 5. Tiba-tiba kudengar sayup tetes-tetes gerimis menerpa teras belakang rumahku.

          Masih terus diskusi lewat grup, aku dan saudaraku saling mengabari situasi langit. Ternyata sama, hujan rintik-rintik mulai membasahi bumi.

           Ada sedikit kekecewaan kurasakan. Tidak hanya karena gagal menikmati hiburan murah dimalam minggu, tapi kecewa karena gagal bertemu dengan saudara-saudaraku. Hal yang jarang bisa diagendakan.

         Bayangan menggelar tikar, makan minum bersama, bercanda dengan keponakan-keponakanpun sirna sudah.

            Adzan maghribpun berkumandang. Dan aku masih berpikir  mengapa allah turunkan hujan sore ini. Sampai aku mendapat kesimpulan baru, jika  Allah tidak turunkan hujan mungkin kebiasaan baik setelah solat maghrib akan kami biarkan berlalu.

        Memang manusia sebatas berencana saja. Sesempurna apapun rencana manusia, pasti akan terpatahkan oleh ketentuan Allah. Sebuah pembelajaran berharga bagiku.

       Terima kasih ya Robb untuk kesekian kalinya Kau tunjukkan aku jalan lurusMu.


         

         

10 komentar:

terima kasih atas kunjungan anda